BAB I
PENDAHULUAN
Luka bakar adalah kerusakan jaringan akibat kontak
dengan agens, termal, kimiawi atau listrik. Keparahan luka bakar dikaji dengan
menentukan (1) kedalaman cedera luka bakar, (2) persentase area permukaan tubuh
yang terkena, dan (3) keterlibatan bagian tubuh khusus. (Cowden, 2004)
Sekitar 80% luka bakar terjadi di rumah. Pada anak
dibawah umur 3 tahun, penyebab luka bakar paling umum adalah kecelakaan jatuh
pada kepala. Pada umur 3-14 tahun,penyebab paling sering adalah dari nyala api
yang membakar baju. Dari umur ini sampai 60 tahun, luka bakar paling sering
disebabkan oleh kecelakaan industri. Setelah umur ini, luka bakar biasanya
terjadi akibat rokok yang membakar tempat tidur atau berhubungan dengan lupa
mental. (Sabiston, 1995)
Anak-anak dan lansia merupakan golongan resiko tinggi
terhadap luka bakar. Empat tujuan utama yang berhubungan dengan luka bakar
adalah pencegahan ; institusi tindakan pengamanan hidup untuk individu yang
mengalami luka bakar hebat ; pencegahan kecacatan pada bentuk tubuh ; serta
rehabilitasi. (Baughman, 2000)
Keparahan luka bakar menentukan derajat perubahan yang
tampak di dalam organ-organ dan sistem tubuh. Cedera termal menimbulkan luka
terbuka karena kulit yang rusak. Setelah luka bakar, perfusi kulit menurun
karena pembuluh darah tersumbat dan terjadi vasokonstriksi. Volume
intravaskular menurun karena cairan merembes dari ruang intravaskular ke ruang
interstitial karena permeabilitas kapiler meningkat. Pada luka bakar mayor,
curah jantung menurun dan aliran darah ke hati, ginjal, dan saluran
gastrointestinal juga terganggu. Anak dalam keadaan luka bakar mayor berada
dalam keadaan hipermetabolik sehingga mengonsumsi oksigen dan kalori dengan
cepat.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Luka
bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.
(Anania, 2011)
(Anania, 2011)
Besarnya
suatu luka bakar biasanya dinyatakan sebagai prosentase dari seluruh permukaan
tubuh dan diperhitungkan dari tabel yang menurut umur :
Area
|
Usia
|
|||||
0
|
1
|
5
|
10
|
15
|
Dewasa
|
|
A = Separuh
kepala
|
9 ½
|
8 ½
|
6 ½
|
5 ½
|
4 ½
|
3 ½
|
B = Separuh dari sebelah paha
|
2 ¾
|
3 1/4
|
4
|
4 ½
|
4 ½
|
4 ¾
|
C = Separuh dari sebelah kaki
|
2 ½
|
2 ½
|
2 3/4
|
3
|
3 1/4
|
3 ½
|
Pedoman lain tentang pengukuran luas luka bakar dengan
menggunakan Rule of Nine yaitu :
a. Kepala 9 %
b. Badan, thorak & abdomen anterior 18 %, posterior
18 %
c. Genital 1 %
d. Ekstremitas atas masing-masing 9 %
e. Ekstremitas bawah masing-masing 18 % (Kartohatmodjo, 2006)
Klasifikasi luka bakar sesuai kedalamannya dibedakan
menjadi 3, yaitu :
1.
Derajat 1
(superfisial)
Hanya meliputi epidermis superfisial (misalnya tersengat matahari). Gejalanya yaitu nyeri, kemerahan, tidak ada kerusakan jaringan atau saraf.
Hanya meliputi epidermis superfisial (misalnya tersengat matahari). Gejalanya yaitu nyeri, kemerahan, tidak ada kerusakan jaringan atau saraf.
2.
Derajat 2
(sebagian lapisan kulit)
Dermal superfisial sampai dalam ; meliputi seluruh
epidermis dan berbagai ukuran dermis (misalnya tersiram air panas). Gejalanya
yaitu nyeri, merah, kulit edema, vesikel.
3.
Derajat 3
(seluruh lapisan kulit)
Epidermis dan dermis rusak ; meliputi jaringan adiposa
subkutan, fasia, otot, dan tulang (misalnya terbakar api). Gejalanya yaitu
tidak nyeri, kulit putih, merah atau hitam, edema.
Ukuran luka
bakar dinyatakan sebagai persentase area permukaan tubuh (Body Surface Area) dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Mayor
Luka bakar derajat 3 dengan BSA lebih dari 10% ; Luka bakar derajat 2 dengan BSA lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak ; luka bakar pada tangan, wajah, kaki, atau genitalia ; luka bakar disertai komplikasi berupa fraktur atau kerusakan respiratorik ; luka bakar akibat listrik ; semua luka bakar pada pasien beresiko buruk.
Luka bakar derajat 3 dengan BSA lebih dari 10% ; Luka bakar derajat 2 dengan BSA lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak ; luka bakar pada tangan, wajah, kaki, atau genitalia ; luka bakar disertai komplikasi berupa fraktur atau kerusakan respiratorik ; luka bakar akibat listrik ; semua luka bakar pada pasien beresiko buruk.
2.
Sedang
Luka bakar derajat 3 dengan BSA 3% sampai 10% ; luka
bakar derajat 2 dengan BSA 15% sampai 25% pada orang dewasa dan 10% sampai 20%
pada anak-anak.
3.
Minor
Luka bakar derajat 3 dengan BSA kurang dari 3% ; luka
bakar derajat 2 dengan BSA kurang dari 15% pada orang dewasa dan 10% pada
anak-anak. (Anania, 2011)
B.
Etiologi
Luka
bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas
tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi.
Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar,
yaitu :
1. Luka bakar akibat zat kimiawi : kontak, tercerna, inhalasi, atau injeksi asam, alkalis,
atau vesikan yang menyebabkan cedera dan nekrosis jaringan.
2. Luka bakar akibat listrik : nekrosis koagulasi yang disebabkan oleh panas mendalam ;
biasanya muncul setelah kontak dengan susunan kabel yang salah atau saluran
kekuatan voltase-tinggi ketika pita listrik terkunyah (oleh anak-anak kecil).
3. Luka bakar friksi atau abrasi : kulit bergesekan keras dengan permukaan kasar.
4. Luka bakar akibat sinar matahari : paparan sinar matahari berlebihan.
5. Luka bakar termal : percikan api, kilatan cahaya, air mendidih atau kontak dengan
benda panas (misalnya, kebakaran di daerah tempat tinggal, kecelakaan sepeda motor,
bermain dengan korek api, bensin yang tersimpan dengan tidak benar, malfungsi
pemanas ruangan atau listrik) ; atau memegang petasan dengan tidak benar,
kecelakaan akibat tertumpah air mendidih, dan kecelakaan di dapur ; pada anak-anak
luka bakar kadang-kadang disebabkan oleh kekerasan orang tua. (Anania, 2011)
1. Luka bakar akibat zat kimiawi : kontak, tercerna, inhalasi, atau injeksi asam, alkalis,
atau vesikan yang menyebabkan cedera dan nekrosis jaringan.
2. Luka bakar akibat listrik : nekrosis koagulasi yang disebabkan oleh panas mendalam ;
biasanya muncul setelah kontak dengan susunan kabel yang salah atau saluran
kekuatan voltase-tinggi ketika pita listrik terkunyah (oleh anak-anak kecil).
3. Luka bakar friksi atau abrasi : kulit bergesekan keras dengan permukaan kasar.
4. Luka bakar akibat sinar matahari : paparan sinar matahari berlebihan.
5. Luka bakar termal : percikan api, kilatan cahaya, air mendidih atau kontak dengan
benda panas (misalnya, kebakaran di daerah tempat tinggal, kecelakaan sepeda motor,
bermain dengan korek api, bensin yang tersimpan dengan tidak benar, malfungsi
pemanas ruangan atau listrik) ; atau memegang petasan dengan tidak benar,
kecelakaan akibat tertumpah air mendidih, dan kecelakaan di dapur ; pada anak-anak
luka bakar kadang-kadang disebabkan oleh kekerasan orang tua. (Anania, 2011)
C.
Patofisiologi
Cedera
panas menghasilkan efek lokal dan efek sistemik yang berkaitan dengan luasnya
destruksi jaringan. Pada luka bakar sebagian
terjadi edema dan kerusakan kapiler yang lebih parah. Pembentukan edema
maksimal pada luka kecil terjadi sekitas 8 sampai 12 jam setelah cedera.
Setelah cedera yang lebih besar, hipovolemia, yang dikaitkan dengan fenomena tersebut,
akan melambatkan laju pembentukan edema, dengan efek maksimum terjadi pada 18
sampai 24 jam. Terdapat peningkatan metabolisme untuk mempertahankan panas
tubuh, yang disediakan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi tubuh. Pembentukan
edema karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan pada saat yang sama
terjadi vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dalam
kapiler. Terjadi pertukaran elektrolit
yang abnormal antara sel dan cairan interstisial dimana secara khusus natrium
masuk kedalam sel dan kalium keluar dari dalam sel. Dengan demikian mengakibatkan
kekurangan sodium dalam intravaskuler.
Kulit
berfungsi sebagai mekanisme pertahanan diri yang penting dari organisme yang
mungkin masuk. Terjadi gangguan integritas kulit akan memungkinkan
mikroorganisme masuk kedalam tubuh sehingga dapat menyebabkan inflamasi. (Wong, 2008)
D.
Pathway
(terlampir)
E.
Komplikasi
Anak
yang mengalami cedera panas rentan mengalami komplikasi serius, baik dari luka
maupun dari perubahan sistemik akibat cedera. Ancaman yang paling cepat
mengancam jiawa anak berkaitan dengan gangguan jalan nafas dan syok. Masalah
paru merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak yang mengalami luka bakar
panas atau komplikasi dalam saluran pernafaan. Masalah pernafasan mencakup
cedera inhalasi, aspirasi pada pasien yang tidak sadar, pneumonia bakteri,
edema paru, embolus paru, insufisiensi paru pasca trauma, dan atelektasis.
Penyebab gagal nafas yang paling sering pada kelompok usia pediatrik adalah pneumonia
bakteri. (Wong, 2008)
Komplikasi lain
yaitu anemia, perdarahan saluran cerna, gagal ginjal akut, trauma inhalasi,
infeksi, hyperkalemia, syok hipovolemik, cacat, distress emosional dan
psikologi.
F.
Asuhan
Keperawatan Luka Bakar
PROBLEM
|
ETIOLOGY
|
SIGN
& SYMPTOM
|
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
|
edema
|
DO : Tekanan darah turun 100/70 mmHg, frekuensi pernafasan
cepat 30x/menit, terdapat edema
DS : Klien menyatakan terasa panas di sekujur tubuh.
|
Nyeri akut
|
Agen cedera (luka bakar)
|
DO : Tekanan darah turun 100/70 mmHg, frekuensi pernafasan cepat 30x/menit
DS : Klien
menyatakan kesakitan
Klien menyatakan terasa panas di
sekujur tubuh
|
Kerusakan
integritas kulit
|
Luka bakar
|
DO : Kulit memerah dan bergelembung, kulit mengelupas
sebagian di daerah leher sisi sebelah kanan, sebagian pipi, lengan kanan,
perut, paha sebelah kanan, akral hangat, kulit kering
DS : Klien
menyatakan terasa panas disekujur
tubuh
|
Kekurangan
volume cairan
|
Kehilangan cairan
|
DO : Tekanan darah turun 100/70 mmHg, pernafasan cepat
30x/menit, kulit kering, akral hangat, kulit memerah dan bergelembung
DS : Klien
menyatakan terasa panas disekujur
tubuh
|
Resiko infeksi
|
Kerusakan jaringan
|
DO : Kulit memerah dan bergelembung, kulit mengelupas
sebagian di daerah leher sisi sebelah kanan, sebagian pipi, lengan kanan,
perut, paha sebelah kanan, akral hangat, kulit kering
DS : Klien
menyatakan terasa panas disekujur
tubuh
|
Diagnosis
yang diprioritaskan : Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan edema yang ditandai dengan tekanan darah turun 100/70 mmHg, frekuensi pernafasan
cepat 30x/menit dan terdapat edema.
NURSING
CARE PLAN
DIAGNOSIS
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan edema
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam, diharapkan bersihan jalan nafas tetap efektif
Kriteria Hasil :
1. Bunyi nafas vesikuler
2. RR dalam batas normal
|
1. Kaji
bunyi nafas, frekuensi pernafasan, irama dan.
2. Berikan
oksigen yang sudah dilembabkan.
3. Dorong
pasien agar mau membalikkan tubuh, batuk dan napas dalam.
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
obat-obat bronchodilator
|
1. Jalan
nafas yang paten sangat
krusial untuk fungsi respirasi.
2. Kelembaban
akan mengencerkan sekret dan mempermudah ekspektorasi.
3. Aktivitas
ini meningkatkan mobilisasi dan pembuangan sekresi.
4. Bronkodilator
mendilatasi bronchus dan bronchiolus yang meningkatkan aliran udara untuk mengatasi kesulitan bernafas.
|
BAB III
KESIMPULAN
Luka bakar adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti
api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.Untuk menghitung besarnya
ukuran luka bakar dapat dilakukan dengan table umur berdasarkan prosentase
permukaan tubuh maupun dengan pedoman rule
of nine dengan prosentase kepala 9%, Badan, thorak& abdomen anterior 18
%, posterior 18 %,genital 1 %, ekstremitas atas masing-masing 9 % serta ekstremitas
bawah masing-masing 18 %.
Berdasarkan
kedalamannya,luka bakar dibagi menjadi 3 yaitu: luka bakar derajat 1
(superfisial),luka bakar derajat 2 (sebagian lapisan kulit),dan luka bakar
derajat 3 (seluruh lapisan kulit).Adapun prosentase ukuran dari luka bakar
sendiri dibagi menjadi mayor,sedang dan minor.Luka bakar sendiri dapat
menimbulkan banyak komplikasi seperti gangguan pernafasan,trauma
psikologis,gangguan pada GI,ketidakseimbangan cairan tubuh,dsb.
DAFTAR PUSTAKA
NANDA-I 2010/2011.Nursing Diagnosis: Definition and
Classification. (2010).
Philadelphia, USA.
Baughman, Dianne. C. ( 2000). Keperawatan
Medikal Bedah . Jakarta: EGC.
Cowden, Cecily Lynn Betz
& Linda .A. (2004). Buku Saku Keperawatan Pediatri Ed 5. Jakarta:
EGC.
Dochter, Joan. M, et al. (2004). Nursing Intervention Classification (NIC), Fourth
Edition. St Louis: Mosby.
Kartohatmodjo, Sunarso.
(2006). Penanganan Luka Bakar. Surabaya: Airlangga University Press.
Moorhead, Sue. et al. (2006). Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth
Edition. St Louis: Mosby.
Pamela C. Anania, d. (2011). Nursing : Memahami Berbagai
Macam Penyakit. Jakarta: PT Indeks.
Sabiston, David. C. (1995). Buku
Ajar Bedah Bagian 1. Jakarta: EGC.
Wong, Donna. L. (2008). Buku
Ajar Keperawatan Pediatric vol.2. Jakarta: EGC.
0 komentar:
Posting Komentar